Perbedaan Penamaan Ayam di Indonesia
Tradisi yang sangat melekat dengan kebudayaan di beberapa wilayah Indonesia adalah sabung ayam atau laga ayam. Permainan ini bahkan menjadi simbol upacara adat yang dilakukan pada waktu tertentu.
Setiap daerah tentu memiliki tradisi unik yang tidak terpisah antara larangan dan adat budaya. Meskipun sudah sering dilakukan sosialisasi kepada semua namun rasanya faktor kebiasaan yang sudah dilakukan sangat sulit untuk dihentikan sama sekali.
Seperti di Bali, permainan ini disebut Tajen, dengan taji pisau dipasang pada kaki ayam.
Acara tajen ini sangat disukai oleh penduduk Bali, terutama pria. Hingga saat ini, permainan adu ayam ini masih dimainkan di beberapa acara, dan bahkan ada arena yang berfungsi sebagai tempat perjudian untuk tajen ini.
Penamaan Ayam Di Bali, Buik disebut sebagai ayam jago berbulu kelawu atau kelawu.
Ayam jago berbulu merah disebut Bihing atau Biying, sedangkan Wangkas adalah ayam jago dengan dadanya berbulu putih dan sayap berwarna merah, dan Brumbun adalah ayam jago dengan kombinasi bulu merah, putih, dan hitam.
Sa adalah sebutan untuk ayam berbulu putih.
Selain itu, “jambul” adalah istilah untuk ayam jago yang memiliki bulu leher sangat lebat; “godek” adalah istilah untuk ayam jago yang memiliki bulu (jambul) di kepalanya.
Sangkur adalah istilah yang digunakan untuk ayam jago yang tidak memiliki bulu ekor secara fisik.
Permainan ini disebut Massaung Manuk di Sulawesi.
Sejak lama, ayam sabung dianggap sebagai manusia. Namun, seiring berjalannya waktu, mungkin karena jarak yang semakin jauh, peperangan antar kerajaan muncul, mengubah perang manusia menjadi perang antara ayam, yang disebut massaung manu’ atau mappabbitte manu’.
Sebelum kedatangan Kolonial Belanda pada tahun 1906, adu ayam sudah ada di Toraja. Ini adalah cara bagi orang-orang yang berselisih untuk menyelesaikan masalah yang mereka tidak bisa selesaikan sendiri.
Namun, tradisi sabung ayam Kalimantan tidak berbeda dengan tradisi di daerah lain. Nama suku Dayak Mualang, yang merupakan salah satu suku dayak di Kalimantan Barat, berasal dari nama seorang pahlawan yang memiliki julukang Manok Sabung atau Sabung Ayam.
Di Kalimantan, nama ayam biring adalah sempidan, sengayan, entrokop, sengkubang, tasan, ketopong, teras, gemirang, semukan, tedung, dan bengkarung.
Jelawat, ensulit, kenjuar, adung, adung berandak, berumbun, kapioh, belalai, tuntung menduk, tengkuyung, sempulut, juara, bulit ensulang, ensulang, dan benda pipit adalah semua ciri ayam serapat.
Jenis ayam jelayan termasuk entukar, manaling, nibung, pipit, mudah, matar muda, dan matar tua.
Melayang, tengadak, seturit, bekuyat, keratau, belalat, tengkerasak, dan bedelak adalah semua jenis ayam jalak.
Jenis ayam ijan adalah onsulai, entolak, engkarik, dan kapiat.
Beberapa jenis ayam bebari adalah lentapang, kesak, panggang, dan gegeranjang.
Ada banyak jenis ayam bulit, termasuk kemundang, manual, membuas, mentanggar, juara, jejalak, dan selakat.
Ada banyak jenis ayam kelabu, termasuk ayam papan, jeruit, semah, gamang, empulut, sibuk, pali, empitu, ensulang, dan entabalang.
Ayam bangkas memiliki bangkas lantapang, lelantik, barandak, dan ensulang, sedangkan ayam banda memiliki bandar pipit dan tusu. Ayam tutung memiliki tutung kapitu, manday, kembuyan, dan gemburan.
Selama sejarah bangsa ini, permainan ini nyaris sama dengan awal berdirinya masyarakat di pulau-pulau Nusantara. Ayam aduan memiliki cerita dari Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi.
Budaya ini ada jauh sebelum kita lahir, dan inilah alasan utama mengapa permainan ini semakin populer di Indonesia. Mungkin akan lebih mudah untuk memahami sejarahnya di Indonesia. Sejarah ini juga berbeda untuk setiap kota di Indonesia.
Terima Kasih.
BACA JUGA